Tradisi Koprek Setiap Bulan Ramadhan di Legokherang

Tradisi Koprek Setiap Bulan Ramadhan
Tradisi Koprek Setiap Bulan Ramadhan 

Tradisi Koprek Setiap Bulan Ramadhan di Legokherang - Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat. Umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa, menahan lapar, haus dan dahaga serta hawa nafsu.

Setiap umat Muslim yang akan menjalankan ibadah puasa wajib melaksanakan ibadah sahur/makan sahur, yang waktunya dini hari sebelum adzan Shubuh.

Untuk menyajikan hidangan makan sahur biasanya kaum wanita bangun tidur lebih pagi dan terkadang ada yang terlambat bangun karena saat bulan puasa banyak melakukan aktivitas malam seperti, shalat taraweh dan tadarusan (membaca Al- Qur’an).

Supaya tidak ada yang telambat bangun untuk melaksanakan ibadah sahur, muncul sejumlah ide dari kalangan remaja dan pemuda Desa Legokherang untuk membangunkan warga masyarakat yang sedang tertidur lelap dengan cara menabuh peralatan seadanya.

Cara unik warga Legokherang ini diberi nama Koprek, dimana kata Koprek ini diambil dari suara benda yang dipukul yang berbunyi koprek-koprek-koprek.

Pada awalnya tabuhan koprek sangat sederhana dan suaranya pun tidak berirama. Tapi, setelah para remaja berbakat seni menambahkan berbagai alat tabuhan yang menghasilkan suara bervariasi, tabuhan koprek jadi berirama dan enak didengar.

Beberapa alat yang biasa digunakan untuk membangunkan orang yang akan melaksanakan ibadah sahur di antaraya, peralatan dapur seperti, jerigen besar, ember plastik, rantang seng, piring seng. Ada juga tambahan alat musik tradisional seperti, calung, kentongan, kendang, dan Gong.

Para pemuda yang tergabung dalam grup Koprek ini, sebelum membangunkan warga biasanya berkumpul terlebih dahulu di Masjid atau Mushola, bahkan ada yang mempunyai basecamp sendiri.

Pasukan musisi musiman ini mulai broperasi pukul 02.00 WIB dengan cara mengelilngi kampung sambil memainkan alat musik dan menyanyikan lagu-lagu yang sedang tend, terutama lagu dangdut dan lagu Sunda.

Kegiatan membangunkan sahur ini dilakukan tanpa pamrih, karena mereka berpendapat cara ini merupakan sebagian dari ibadah. Dalam satu kampung ini ada beberapa grup Koprek dengan gaya bermusik yang berbeda dan memiliki ciri khas masing-masing.

Alunan musik yang berirama dan bersahutan dengan nyanyian merdu membuat seni percusi ini banyak disukai warga. Tidak sedikit ibu-ibu yang sedang memasak keluar rumah hanya untuk memberikan saweran, ada juga yang menikmati alunan musik dengan bergoyang.

Setelah tuntas mengelilingi seluruh kampung, pasukan Koprek membubarkan diri ke rumah masing-masing. Kegiatan ini terus berlangsung selama bulan Ramadan dan seni Koprek sudah turun temurun sejak dahulu kala hingga sekarang.

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar