Aji Sarining Gampang, Mantra Sunda untuk Memudahkan Segala Urusan


Aji Sarining Gampang


Aji Sarining Gampang, Mantra Sunda untuk Memudahkan Segala UrusanPernah nggak sih kamu ngerasa udah berusaha sekuat tenaga, tapi semuanya tetap terasa berat? Mimin pernah banget ngalamin hal itu.


Waktu itu semua kayak serba susah, kerjaan mandek, rencana berantakan, bahkan hal kecil pun kayaknya nggak mau jalan.


Sampai akhirnya Mimin inget, orang-orang tua dulu sering bilang, kalau hidup lagi seret, coba ngalap berkah lewat doa dan mantra.


Dari situlah Mimin kenal satu ajian yang unik banget dari tanah Sunda, namanya Aji Sarining Gampang.


Katanya, ajian ini bisa bikin segala urusan jadi lancar asal dibaca dengan niat yang tulus. Tapi sebelum kita ngomongin mantranya, yuk kita bahas dulu asal-usulnya.


Soalnya, di balik setiap kata dalam ajian Sunda, selalu ada cerita panjang tentang kearifan dan spiritualitas leluhur.


Doa-doa yang Memudahkan Urusan


Kalau bicara soal kemudahan, kebanyakan dari kita pasti langsung inget doa-doa dalam Islam. Salah satu yang paling populer adalah doa Nabi Muhammad SAW:


“Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idzaa syi'ta sahlaa.”


Artinya: “Ya Allah, nggak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah, dan Engkau menjadikan kesulitan, jika Engkau kehendaki, pasti akan menjadi mudah.”


Ada juga doa Nabi Musa AS yang sering banget Mimin baca pas lagi gugup atau mau mulai sesuatu:

“Rabbisy-rahli shadrii, wa yassir-lii amri, wahlul 'uqdatam-min-lisaani, yafqahu qauli.”


Artinya: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka mengerti perkataanku.”


Dua doa itu sering jadi pegangan banyak orang karena punya makna yang dalam banget. Tapi di tanah Sunda, ada cara lain untuk memohon kemudahan, bukan menggantikan doa, tapi melengkapinya.


Lewat budaya lisan dan kepercayaan leluhur, lahirlah yang namanya mantra, atau dalam bahasa Sunda disebut jangjawokan dan jampe.


Jangjawokan


Kalau kamu tumbuh di keluarga Sunda, mungkin pernah denger nenek atau kakek nyebut kata jangjawokan.


Nah, jangjawokan ini bisa dibilang semacam “puisi magis” yang diwariskan turun-temurun. Tapi jangan salah paham dulu, jangjawokan bukan sekadar mantra buat hal mistis.


Banyak jangjawokan yang isinya justru doa, harapan, atau ungkapan syukur terhadap alam.


Misalnya, sebelum berangkat ke sawah, orang zaman dulu suka baca jangjawokan biar hasil panennya bagus. Atau waktu anak kecil rewel, ibu akan menimang sambil komat-kamit bacain jangjawokan supaya si kecil tenang.


Intinya, jangjawokan itu sarana komunikasi batin antara manusia, alam, dan Gusti. Bukan buat “memerintah alam”, tapi buat menyelaraskan diri dengan kehidupan di sekitarnya.


Di masyarakat Sunda, jangjawokan punya banyak fungsi, mulai dari penyembuhan, perlindungan diri, sampai menambah semangat.


Itulah kenapa ia dianggap bukan cuma bacaan, tapi juga warisan spiritual yang mengandung nilai moral dan ketulusan.


Jampe


Selain jangjawokan, ada juga istilah jampe. Kalau jangjawokan lebih ke puisi rakyat, jampe biasanya lebih “doa praktis”.


Artinya, dibacakan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk menyembuhkan penyakit, menolak bala, atau memudahkan rezeki.


Bahasa yang dipakai dalam jampe pun menarik banget, karena sering campur antara Sunda Kuno, Jawa Kuno, dan Arab.


Ini nunjukin kalau masyarakat Sunda dulu sudah punya cara sendiri untuk menyatukan nilai Islam dengan tradisi lokal tanpa saling bertentangan.


Dalam dunia jampe, ada beberapa istilah lain yang juga sering muncul dan punya fungsi berbeda-beda. Misalnya, asihan, yaitu mantra yang dipercaya bisa memunculkan rasa kasih sayang atau daya tarik bagi orang lain.


Lalu ada ajian, yang digunakan untuk mendapatkan kekuatan batin atau energi spiritual, biasanya diamalkan oleh orang-orang yang ingin memperkuat keyakinan dan keteguhan diri.


Sedangkan singlar adalah jenis mantra yang berfungsi untuk menolak bala, melindungi diri dari gangguan gaib, atau menghindarkan seseorang dari energi negatif yang mengganggu keseimbangan hidup.


Nah, di antara sekian banyak jampe dan ajian Sunda, ada satu yang terkenal banget karena tujuannya sederhana tapi manfaatnya besar, yakni Aji Sarining Gampang.


Aji Sarining Gampang


Nama “Aji Sarining Gampang” sendiri udah menarik. Secara harfiah, artinya “ilmu yang berisi sari dari segala kemudahan.”


Dalam kepercayaan Sunda, ajian ini dipercaya bisa membantu kita melewati hambatan hidup, melancarkan urusan, dan bikin hati tenang saat menghadapi sesuatu yang berat. Berikut teks lengkapnya:


Aji Sarining Gampang


Kalayan nyebat asmana Alloh.

Nu kagungan sifat murah, sifat asih.

Murahna di alam nyata.

Asihna di alam gaib.

Meredih sangkan sapamundut ginuluran.

Sapaneja tinekanan.

Sang karna déwa purusa.

Sang kala énta, kala énti.

Sang kala ménta, kala ménti.

Gara sangkala kala mandésa.

Sangkala kala ruwatan.

Pangruwatan jumeneng waringin sungsang.

Ngancik sarining gampang-sarining gampang.

Gampang saniat-niaté.

Gampang sapolah-polahé.

Gampang sakarep-karepé baé.

Gedong ruket tali rasa.

Pangadeg pangancing rasa.

Barabay kembang kastori, seungitna angin-anginan.

Ati putih cahaya hérang.

Nu hérang sabdaning Alloh.

Hurung mancur ing Dzatulloh.

Gusti neda papandang abdi.

Hurung tanding damar hurung.

Kadia bulan opat welas.

Caang padang narawangan.

Sapamundut ginuluran, sapaneja tinekanan.


Biasanya, mantra ini dibaca sebelum berangkat dari rumah, terutama kalau lagi mau menghadapi sesuatu yang penting.


Misalnya mau presentasi, ujian, wawancara kerja, atau sekadar menghadapi hari yang berat. Tapi ingat, kekuatan sejatinya bukan dari katanya, melainkan dari niat dan keyakinan hati.


Makna Filosofis


Kalau dibaca pelan-pelan, mantra ini punya makna yang dalem banget. Kalimat “Murahna di alam nyata, asihna di alam gaib” misalnya, ngajarin kita buat hidup seimbang, nggak cuma ngurus dunia, tapi juga jaga batin.


Bagian “Ati putih cahaya hérang” menggambarkan pentingnya hati yang bersih. Karena selama hati kita jernih, langkah kita bakal dimudahkan.


Bahkan penyebutan nama Allah di awal menunjukkan bahwa meski ini mantra Sunda, nilai spiritualnya tetap berakar pada tauhid.


Mimin pribadi ngerasa, ajian ini bukan sekadar mantra, tapi bentuk doa yang dibungkus dengan budaya lokal.


Mantra Sunda ini mengajarkan kita buat tetap berusaha sambil berserah, percaya bahwa setiap hal yang berat pasti ada jalannya kalau hati kita tenang.


Warisan Budaya Sunda


Sekarang, banyak yang mulai melupakan jangjawokan dan jampe karena dianggap mistis. Padahal, kalau dilihat dari sisi budaya, keduanya adalah identitas spiritual masyarakat Sunda.


Melestarikannya bukan berarti kembali ke hal-hal klenik, tapi menjaga nilai-nilai luhur tentang ketenangan, keseimbangan, dan penghormatan pada alam serta Sang Pencipta.


Lewat Aji Sarining Gampang, kita belajar bahwa kemudahan hidup itu bukan datang secara instan. Ia tumbuh dari niat yang baik, usaha yang sungguh-sungguh, dan hati yang selalu bersyukur.


Wasiat Mimin


Aji Sarining Gampang adalah warisan luhur dari tanah Sunda yang mengajarkan kita cara sederhana untuk menemukan kelancaran dalam hidup.


Itu bukan sekadar mantra, tapi pengingat bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada jalan keluar bagi mereka yang berserah diri dan menjaga hati tetap bersih.


Baca juga : Asihan Si Leugeut Teureup : Ilmu Pengasihan yang Bikin Wanita Jatuh Cinta

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar