Sejarah Baru, Konferensi Forum MPR Dunia di Bandung

Konferensi Forum MPR Dunia di Bandung

Sejarah Baru, Konferensi Forum MPR Dunia di Bandung - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menyelenggarakan Konferensi pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia (Forum MPR Dunia) di Bandung, pada 24-26 Oktober 2022.

Bandung dipilih sebagai tuan rumah Konferensi Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia karena Kota Kembang banyak menyimpan sejarah perjuangan kemerdekaan yang sangat berharga.

Di kota ini juga pernah diselenggarakan peristiwa bersejarah Konferensi Asia Afrika yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dunia, memperkuat solidaritas dan kerja sama Asia dan Afrika, serta memperjuangkan nasib negara-negara di Asia dan Afrika.

Selain itu, Kota Bandung juga memiliki hubungan erat dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), karena dulu MPR RI saat berstatus MPRS pernah berkantor di Gedung Merdeka dari tahun 1960 sampai 1971.

Konferensi internasional yang digagas oleh MPR RI ini diikuti para Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syuro, atau lembaga sejenis dari negara-negara anggota kerja sama Islam se-dunia.

Ini adalah sejarah baru, dimana MPR RI mengundang ketua majelis permusyawaratan atau majelis syuro dari negara-negara anggota kerja sama Islam se-dunia yang berjumlah lebih dari 50 negara untuk membentuk forum MPR Dunia.


Dengan diselenggarakan konferensi internasional ini diharapkan MPR RI memiliki hubungan internasional dalam bidang parlemen, terutama untuk majelis tinggi (upper house).


Menurut Wakil Ketua MPR Prof. Dr. Ir. Fadel Muhammad, Forum MPR Dunia atau nama lain yang disepakati nanti tidak akan tumpang tindih dengan forum-forum parlemen yang sudah ada selama ini. Forum ini akan lebih banyak membicarakan kerjasama antar-majelis permusyaratan dan masalah-masalah perdamaian dunia.


Acara yang digagas oleh MPR RI ini konsepnya mirip Konferensi Asia Afrika. Seluruh tamu delegasi akan meninap di Hotel Pullman, Bandung.  Pembukaan acara diselenggarakan pada tanggal 24 Oktober 2022 di hotel Pullman dengan suguhan kesenian tradisional Jawa Barat.

Acara puncak Konferensi Forum MPR Dunia diselenggarakan pada 25 Oktober 2022. Beberapa ruas jalan utama di sekitar Jalan Asia Afrika ditutup. Arus lalu-lintas akan dialihkan sementara selama acara berlangsung.

Sama seperti acara peringatan Konferensi Asia Afrika, para delegasi dijadwalkan mengikuti historical walk dengan berjalan kaki dari Hotel Savoy Homann hingga memasuki Gedung Merdeka yang menjadi tempat Konferensi Asia Afrika.

Setelah selesai acara konferensi Forum MPR Dunia, para delegasi akan kembali ke Hotel Pullman. Pada hari berikutnya, 26 Oktober 2022, penutupan dengan pembacaan komunike bersama para delegasi. “Dalam kesempatan itu, delegasi konferensi juga melihat-lihat Gedung Merdeka yang menjadi cagar budaya, dan mengunjungi Museum KAA.

Berikut ini adalah tujuan diselenggarakannya Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syura atau nama sejenis lainnya dari negara-negara anggota organisasi kerjasama Islam:

1. Membangun kerjasama antar Majelis Permusyawaratan Rakyat atau lembaga sejenis di negara-negara anggota organisasi kerjasama Islam dalam bidang perdamaian, keamanan, demokrasi, hak asasi manusia, toleransi, budaya, dan dorongan kemajuan pembangunan.

2. Membangun sinergi antar pemangku kepentingan , dari aktor negara, parlemen dan non-negara.

3. Menghadirkan tambahan/alternatif forum untuk memaksimalkan funsi diplomasi keparlemenan.


Pandangan Delegasi Forum MPR Dunia


Konferensi Internasional ini diikuti sebanyak 15 lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Suro, atau Nama Sejenis Lainnya dan para Pimpinannya serta dua organisasi internasional, yaitu Sekjen dari Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI (PUIC) serta Pimpinan dari Moslem World League (Liga Muslim Dunia).

Delegasi negara yang mengikuti konferensi internasional ini adalah Republik Indonesia, Kerajaan Arab Saudi, Kerajaan Maroko, Republik Arab Mesir, Republik Islam Pakistan, Palestina, Malaysia, Republik Mozambik, Republik Yaman, Republik Turki, Republik Islam Iran, Republik Irak, Kerajaan Yordania Hasyimiyah.

Pada era globalisasi sekarang ini, termasuk di lingkungan organisasi Kerjasama Islam (OKI) sedang mengalami perkembangan dan tantangan global yang jenis serta perubahannya bisa sangat cepat, seperti:

Kekhawatiran terjadinya resesi global akibat perang maupun dampak covid-19. Digitalisasi internet, global warming, dan kesenjangan ekonomi antar negara. 

Kemiskinan, ketertinggalan pembangunan, pengabaian hak asasi manusia, hak perempuan, dan hak pekerja, termasuk krisis lingkungan hidup yang mengancam kemanusiaan yang semuanya bisa berdampak pada kesejahteraan, peradaban manusia, dan perdamaian dunia, yang tentunya perlu disikapi secara konprehensif dan seksama oleh semua pihak, termasuk oleh organisasi/lembaga-lembaga parlemen.

Penyelesaian masalah tersebut menuntut adanya partisipasi semua pihak dengan melibatkan kerjasama lintas negara, lintas sektor, dan lintas lembaga pemerintahan maupun lembaga non-pemerintahan. 

Setiap elemen mesti mengambil peran atas dasar solidaritas keislaman yang menjunjung tinggi persatuan, persaudaraan, perasaan senasib sepenanggungan, serta menjunjung tinggi keadilan, penegakan hukum, dan hak asasi manusia. Karenanya forum ini akan dimulai dengan parlemen-parleman anggota OKI.

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar