Pesta Dadung Desa Legokherang

Pesta Dadung Desa Legokherang
Pesta Dadung Desa Legokherang

Pesta Dadung Desa Legokherang - Pesta Dadung atau disebut juga Pesta budak Angon (anak gembala) adalah sebuah tradisi turun temurun masyarakat Desa Legokherang, Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

Menurut informasi dari orang tua, kesenian tradisional ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 18 yang difungsikan untuk ritual kesuburan tatanen (pertanian). Pesta dadung awalnya diperkenalkan ke masyarakat luar desa oleh kepala desa (kuwu) baru Desa Legokherang, yaitu  Angkin Jiwa Laksana pada tahun 1818.

Sebelumnya, pesta dadung adalah sarana bermain anak gembala (budak angon), kemudian dijadikan tradisi masyarakat yang ditampilkan dalam sebuah pertunjukkan/ritual tahunan. Saat itu kepala Desa mendatangkan grup seniman sunda salendro dan pelog dari Cirebon untuk mengiringi tarian tambang atau dadung.

Dadung memiliki panjang kurang lebih 12 meter, tujuannya sebagai asesoris ngibing atau menari yang diiringi gamelan dan lagu Sunda. Tarian yang diigunakan dalam pertunjukan tersebut adalah ibing jalak pengkor (tarian burung jalak pincang) hasil kreasi Kuwu Angkin Jiwa Laksana.

Kawih atau lagu yang dijadikan pengiring gamelan adalah musik kangsreng atau waledan. Kedua musik tersebut dipercaya sebagai hasil ciptaan Sunan Gunung Djati atau yang biasa disebut Wali Sanga/songo.

Seni tradisional pesta dadung memiliki visi untuk melestarikan kehidupan agraris dan berkembangnya ajaran Islam. Sebab dahulu cara menyebarkan agama Islam melalui kesenian dinilai sangat efektif.

Dadung dan Kolotok
Dadung atau tambang raksasa berwarna hitam ini terbuat dari ijuk yang dililit menjadi tambang. Tambang ijuk tersebut merupakan sebuah benda pusaka yang sudah lama dijadikan sebagai simbol dalam setiap acara pesta dadung.

Meskipun dadung tersebut bukan benda keramat yang memiliki kekuatan mistis, tapi tetap dijaga dan dirawat sebaik mungkin layaknya benda keramat. Ada juga kolotok (lonceng yang biasa dipasang di leher kerbau) terbuat dari kayu yang dipahat membentuk lonceng.

Kenapa kerbau dipasang kolotok?

Jawabannya adalah agar kerbau dapat diketahui keberadaannya saat dilepas di ladang, karena kerbau biasanya dilepas diladang rumput, sementara pemiliknya menunggu dibawah pohon.

Ritual Upacara Pesta Dadung

Seperti ritual lainnya, pesta dadung dilaksanakan satu kali dalam setahun pada musim panen ketiga (musim kemarau) menghadapi musim hujan.

Pelaksanaan pesta dadung awalanya diiringi dengan gamelan yang komplit. Namun gamelan tersebut terbakar pada masa DI / TII, kemudian diganti dengan dogdog dan gamelan pelog serta salendro.

Upacara pesta dadung mempunyai tiga tahapan dalam pelaksanaannya, di antaranya :
1. Kebaktian
2. Rajah Pamunah (Tulak Allah atau Qulhu Sungsang)
3. Hiburan/ tayuban

Upacara pesta dadung akan dimulai setelah semua persiapan dan persyaratan sudah terpenuhi. Persyaratan tersebut di antaranya:

  1. Pengumpulan dadung sipuh atau dadung pusaka, yaitu dadung yang paling besar (dadung Keramat) serta dadung yang dimiliki oleh penggembala. 
  2. Sesajen yang dibangun tinggi, yaitu parawanten, berbagai sirup atau rujak, serta jajanan pasar. 


Setelah semua persyaratan dianggap komplit, upacara pun diawali dengan membakar kemenyan dan membaca mantra oleh sesepuh Desa (Punduh).

Berikut ini mantra untuk pembuka upacara pesta dadung :

"Alloh kaula pangampura parukuyan rat gumilang aseupan si kendi wulang ka gigir ka para nabi, ka handap ka ambu ka rama nu calik tungtung damar kadaharan tungtung kukus sakedap kanu kagungan ".

Setelah selesai mebacakan mantra, dadung milik para pengembala diambil oleh masing-masing pemilik. Sedangkan dadung keramat disimpan dalam nampan yang dibawa oleh ronggeng (penari perempuan) sambil menari. Kemudian dadung keramat diberikan kepada Kepala Desa serta diserahterimakan kepada Raksabumi untuk diberikan kepada kepala upacara.

Gulungan dadung kemudian dibuka, satu ujung dadung dipegang oleh kepala upacara dan ujung yang satu lagi dipegang oleh ketua RT. Selanjutnya kepala ucapara membacakan rajah pamunah, yang diteruskan membaca tulak Allah.

Kemudian ibingan pun dimulai oleh pasukan budak angon dengan menarikan dadung atau tali tambang dan di lehernya memakai kolotok serta membawa pecut ( cemeti/cambuk). Kemudian diikuti oleh para pejabat desa dan pejabat lainnya. Biasanya acara tersebut dihadiri pejabat istimewa yaitu Bupati Kuningan.

Yang paling menarik dari budaya pesta dadung adalah saat pelaksanaan acara puncak. Even budaya lokal ini diisi dengan lagu-lagu buhun yang diiringi dengan musik gamelan yang dimainkan oleh nayaga (pemain musik) dan diibingan (ibing = menari atau joged) oleh para budak angon dengan membawa berbagai sarandu (sesajen), dan dadung (tambang untuk mengikat kerbau).

Setelah selesai melakukan ritual menari dengan tambang (ngigelkeun dadung) kemudian dadung keramat disimpan kembali dan acara dilanjutkan dengan tayuban.

Tayuban adalah puncak dari acara pesta dadung. Seluruh budak angon dan masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut menari sampai  tengah malam dengan diiringi musik tradisional dan lagu Sunda buhun.

Falsapah dari tradisi upacara pesta dadung yaitu upacara dadung merupakan kesenian tradisional masyarakat Desa Legokherang yang masih menjungjung tinggi nilai budaya leluhur dari tahun ke tahun.

Yang terkandung dalam tradisi pesta dadung salah satunya nilai religi karena tradisi tersebut berawal dari kebiasaan pengembala dan petani yang menjadi media untuk mengungkapkan rasa syukur. Sebab dadung pada waktu itu digunakan untuk mengikat kerbau dan sapi untuk membajak sawah.

Selain itu pesta dadung merupakan media untuk penyebaran agama islam di kabupaten kuningan, sebab pada waktu itu pertama kali ajaran islam masuk, pesta dadung sudah menjadi pertunjukan dan hiburan masyarakat yang dimanfaatkan oleh Sunan Gunung Djati untuk menyebarkan agama Islam.

Kesenian tradisional ini biasa digelar secara rutin setiap tahun. Untuk bisa menyaksikan acara pesta dadung tersebut, warga masyarakat rela meninggalkan segala aktivitas yang biasa dilakukan setiap harinya. Bahkan warga yang sedang merantau pun sengaja menyempatkan diri untuk pulang kampung hanya untuk menyaksikan acara pesta dadung.


Pesta Dadung Titipan Karuhun Desa Legok Herang

Upacara pesta dadung merupakan budaya adat yang digelar secara rutin untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Terutama atas diberikan nikmat hasil pertanian yang melimpah, dengan harapan hasil tani akan lebih baik dimasa yang akan datang.

Disamping itu acara adat pesta dadung ini digelar sebagai upaya pelestarian warisan budaya para leuluhur untuk senantiasa mengingat sejarah desa. Sehingga seni tradisional ini tidak punah ditelan zaman dan akan dikenang setiap saat.

Upacara ini merupakan ciri kebudayaan Sunda yang mandiri. Dalam pelaksanaanya dihadiri banyak warga. Selain sebagai tontonan juga dijadikan tuntunan, karena banyak pesan moral yang disampaikan.

Karuhun Desa Legok Herang berwasiat kepada semua warganya agar budaya dan seni tradisional pesta dadung dijadikan sebagai bagian dari tanggungjawab bersama dalam upaya melestarikannya. Warga wajib bergotong royong menjaga dan melestarikannya supaya anak cucunya tidak kehilangan seni budaya leluhur yang sangat langka.

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam acara adat pesta dadung ini adalah menyembelih kerbau, ngadegkeun balandongan (mendirikan panggung hiburan), syukuran bumi, ngarajah, dan acara puncak ngibingan dadung.

Upaya melestarikan budaya Pesta Dadung ini dilakukan atas kesadaran masyarakat setempat akan budaya leluhur yang sangat langka dan berharga. Untuk terselenggaranya upacara adat pesta dadung tersebut anggarannya diperoleh dari hasil swadaya masyarakat.

Baca juga Seni Tradisional Angkring Yang Hampir Punah

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar