Tradisi Moro Babi Hutan di Legokherang

Babi hutan
Babi hutan 

Tradisi moro babi di Legokherang - Babi hutan atau biasa juga disebut celeng adalah hewan yang selama ini dianggap musuh oleh para petani, karena merusak tanaman seperti padi, singkong, ubi, dan jagung. Hewan jenis ini biasa keluar dari sarangnya menjelang malam hingga pagi hari untuk mencari makanan. Selain makan tumbuhan, celeng pun makan telur burung, bangkai, tikus kecil, serangga, dan cacing. 

Karena merusak tanaman, babi hutan dianggap sebagai hama yang merugikan. Berbagai upaya dilakukan para petani untuk membasmi hama babi hutan, dari mulai memasang racun, memasang ranjau, dan melakukan perburuan secara langsung.

Senjata Tradisional untuk Berburu Babi Hutan

Ada tradisi unik yang dilakukan oleh warga Desa Legokherang dalam membasmi hama babi hutan yaitu dengan cara berburu(moro babi) menggunakan senjata tradisional yang bernama Kuli(tombak yang memiliki pengait).

Kuli, senjata untuk berburu babi hutan
Kuli, senjata untuk berburu babi hutan
Foto by : Sukirman 

Senjata Kuli ini terbuat dari besi atau baja yang dibentuk seperti tombak.  Ada bagian untuk pengaitnya, atau contoh kecilnya seperti jarum sol. Tujuan dibentuk pengait dalam senjata kuli adalah supaya saat senjata ini ditancapkan ke tubuh babi hutan tidak bisa lepas lagi.

Alat berburu ini panjangnya hanya sekitar 30 cm, tapi bagian gagangnya lebih panjang berukuran 150 hingga 180 cm. Panjang gagang kuli disesuaikan dengan postur tubuh pemiliknya. Gagang Kuli terbuat dari kayu atau mirip tongkat. Untuk mendapatkan senjata yang kokoh tentunya harus menggunakan kayu yang kuat.  Ada kayu tertentu yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan gagang Kuli.

Dalam istilah berburu warga Legokherang, senjata Kuli terbagi menjadi dua macam, yaitu Kuli Surung dan Kuli Pureut. Meskipun bentuk dan ukurannya tidak berbeda, tapi senjata ini memiliki perbedaan dalam hal keberuntungannya. Kuli Surung cenderung lebih susah untuk mendapatkan mangsa, meskipun pemilik senjata kuli ini berusaha mengejarnya. Tapi akan sangat susah untuk bisa berhadapan langsung dengan celeng tersebut. 

Sementara untuk Kuli Pureut justru kebalikannya, pemilik senjata ini akan lebih mudah untuk berhadapan dengan mangsa buruannya. Untuk memiliki senjata Kuli Pureut ini ada persyaratan yang harus dipenuhi, dari mulai pemilihan bahan gagang hingga cara mengasahnya pun diperlukan sebuah ritual khusus sesuai ketentuan yang diajarkan oleh para leluhur. 

Gedeg(Gdeg) Alat Bantu Berburu Babi Hutan

Selain senjata utama ada pula alat bantu untuk berburu babi hutan yaitu Gedeg(pagar anyaman bambu yang bisa dibongkar pasang). Fungsi dari Gedeg adalah untuk membentuk pagar yang dipasang di dua sisi hutan yang nantinya dibentuk semakin kerucut. Di antara kedua ujung pagar tersebut terjadi pertemuan dan di bagian ujung pagar dipasang jebakan berbentuk kandang kecil yang posisinya menurun.

Saat melakukan pemburuan dengan menggunakan alat bantu Gedeg, para pemburu hanya menggiring babi hutan agar masuk kedalam jebakan. Untuk mempermudah proses pencarian babi hutan, biasanya pemburu dibatu dengan menurunkan anjing pelacak yang sudah terlatih.

Lain halnya bila berburu hanya menggunakan senjata Kuli. Para pemburu harus menyebar, lalu mengepung hutan yang luas dan harus berlari adu kecepatan dengan babi hutan. Dibutuhkan keberanian lebih saat melakukan perburuan seperti ini, karena selain fisik, mental pun menjadi modal utama. Sewaktu-waktu akan berhadapan langsung dengan babi tersebut secara sendirian. 

Selain fisik dan mental dibutuhkan pula skil saat moro babi. Untuk belajar skil tersebut  harus sering mengikuti perburuan agar mendapatkan pengalaman selama berada di lapangan. Berhadapan dengan babi hutan saat berburu sangat berbahaya, karena saat babi hutan tersebut dalam pengejaran akan berubah menjadi lebih buas dan menakutkan.

Baca juga artikel tentang Tradisi pasang umbul-umbul sebelum panen padi

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar