Tradisi Pasang Umbul-Umbul Sebelum Panen Padi

Umbul-umbul sawah
Umbul-umbul sawah
Foto by : Idir Tarhidi 

Tradisi Pasang Umbul-Umbul Sebelum Panen Padi - Sebuah desa kecil berada di antara dua kaki gunung Subang dan gunung Bongkok yang berdiri gagah dan indah. Perkampungan ini terdiri dari pegunungan dan pesawahan yang subur. Masyarakatnya pun subur dan makmur dengan kekayaan alam yang dimilikinya. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, karena sudah menjadi tradisi di Desa Legokherang setiap keluarga sudah pasti mempunyai sawah dan kebun.

Desa Legokherang sendiri berada dibawah pemerintahan Kecamatan Cilebak, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Meskipun desa ini terpencil dan jauh dari jangkauan pemerintahan, tapi desa ini mampu berkembang dengan baik. Terbukti dari kehidupan masyarakatnya yang sejahtera, meskipun hanya mengandalkan hasil pertanian. 

Sebagai desa dengan mayoritas penduduknya petani, tidak heran apabila warganya tidak pernah kekurangan pangan. Hasil taninya pun tidak hanya untuk dijadikan cadangan makanan, tapi bisa juga mensuplai kebutuhan pasar. Pasar yang mendapat suplai gabah atau beras dari Desa Legokherang adalah pasar Rancah Ciamis, pasar Kecamatan Subang, dan pasar Ciwaru Kuningan.

Sebagai petani handal, warga Legokherang sangat paham bagaimana cara mengolah sawah yang baik dan benar. Tentunya tidak sembarangan dalam bertani, banyak aturan dan tradisi yang harus dijalankan dari mulai menghitung hari yang baik hingga proses pengolahan sawah (molah sawah dalam bahasa setempat).

Awalnya penduduk setempat mengolah lahan pertanian dengan menggunakan peralatan tradisional, seperti membajak sawah menggunakan sapi atau kerbau, namun seiring perkembangan jaman penduduk pun mulai beralih menggunakan mesin traktor.

Tradisi Pasang Umbul-Umbul di Legokherang

Ada tradisi unik yang biasa dilakukan petani Legokherang sebelum memanen padi di sawah yaitu mendirikan umbul – umbul (janur kuning). Umbul – umbul ini beda dengan yang biasa digunakan saat pesta pernikahan karena ukuran janur kuning ini lebih besar dan janurnya berisikan barang – barang seperti pakaian, makanan, dan sesajen.

Tradisi pasang umbul – umbul ini sebagai ucapan rasa syukur atas hasil tani yang sudah siap dipanen dan sebagai penghargaan terhadap Dewi Sri ( Dewi Padi). Ritual pasang janur ini biasanya dilakukan satu hari sebelum memulai panen (mipit), dengan melakukan syukuran terlebih dahulu. Bagi petani yang tergolong mampu, proses pemasangan umbul – umbul ini biasanya diiringi dengan memasang pengeras suara dan memutar musik tradisional Sunda.

Pemasangan umbul – umbul sudah dilakukan secara turun temurun. Sesepuh terdahulu mewariskan budaya ini tiada lain agar manusia lebih menghargai padi maupun beras. Jangan sampai menghambur – hamburkan makanan, karena proses pengolahan padi itu tidak semudah teori yang diajarkan di Sekolah.

Banyak kendala yang harus dihadapi saat menanam padi seperti hama tikus, hama wereng, longsor yang bisa merusak tanaman padi sehingga mengakibatkan gagal panen dan menyebabka kerugian bagi petani.

Tidak mudah untuk menjadi seorang petani, karena dibutuhkan keterampilan khusus dan kesabaran serta ketelitian saat mengolah sawah dan merawat tanaman padi. Petani itu menyayangi padi layaknya menyayangi keluarganya sendiri. Siang malam selalu menjaganya, selalu risau dan takut tidak mendapatkan suplai air. Bahkan harus rela menginap di sawah hanya untuk menjaga aliran air agar tetap mengaliri sawah.

Petani adalah pahlawan penyedia pangan yang pantas kita hargai. Bukan malah sebaliknya, petani dianggap hina, bahkan sering menjadi korban ejekan. Petani Legokherang menjadi bukti suksesnya keluarga petani, hal tersebut terbukti dari tarap hidup yang mampu mengikuti zaman, bahkan hampir seluruh warga Legok menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Baca juga artikel tentang Kerajaan Monyet di hutan Tonjong

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar